Akhir tahun lalu, tepat satu tahun setelah UNESCO menetapkan pantun sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia (WBTB), pada 17 Desember 2021, Oral Traditions Association (ATL) menggelar acara gerakan budaya bernama Kenduri Pantun di Pusat Kebudayaan. Disbud, Provinsi Riau) mencapai puncaknya .
“Kenduri diartikan sebagai perayaan atau peringatan jamuan makan, acara, tanda penghargaan, berkah, sedekah, dll. Kenduri adalah tradisi yang mengakar di dunia Melayu,” kata budayawan Raja Yoserizal Zen, Direktur Riau ATL sekaligus Direktur Riau ATL, di Paviliun Seni Idrus Tintin di Raja Ali Haji Art Center, Pekanbaru.
Kenduri, tempat biasa Yoserizal berlanjut, diadakan sebagai silaturahim antar marga, marga, bahkan antar luhak nasional. Namun, akar Kenduri sebagai tradisi sebenarnya membuka tidak hanya hubungan horizontal yang berkaitan dengan siklus kehidupan, tetapi juga hubungan vertikal dengan Sang Pencipta kehidupan.
Pantun merupakan salah satu genre sastra yang hidup dan berkembang di dunia Melayu. Tradisi ini diyakini sudah ada sejak zaman dahulu. Ini digunakan sebagai bentuk bahasa pada acara-acara khusus, seperti upacara dan upacara masyarakat. Pantun ada dan ‘diciptakan’ untuk mengatur hubungan harmonis antara manusia dengan Penciptanya, alam semesta, dan sesama manusia.
Pantun bukanlah sesuatu yang unik bagi masyarakat Riau. Budaya Pantun telah menyebar ke hampir setiap nusantara, dari Brunei Darussalam hingga Filipina, Malaysia, Singapura dan Thailand. Meski tidak banyak orang yang berbahasa Melayu di Indonesia sendiri, mereka juga mengenal tradisi Pantun. Misalnya dalam masyarakat Batak pantun disebut umpasa, di Jawa disebut parikan, dan dalam bahasa Sunda disebut paparikan.
Namun, Pantun terkenal dengan kosakata bahasa Melayunya, yang menjadi modal utama lahirnya bahasa Indonesia. Oleh karena itu, pada tahun 2016, Pemerintah Provinsi Riau dan Lembaga Melayu Tradisional Riau (LAM) Jalur ATL (atas nama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI) mengusulkan ke UNESCO agar pantun dimasukkan sebagai tempat bersama untuk Malaysia. Warisan budaya takbenda dunia.
Pada 17 Desember 2020, dalam debat publik di Paris, siapa sangka jeruk nipis yang sering disalahgunakan sebagai karya sastra ‘nakal’ oleh banyak orang akan ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda atau Warisan Budaya Takbenda Dunia oleh UNESCO. Keputusan ini membawa konsekuensi tersendiri bagi ‘pemilik’ pantun yang diakui dunia WBTB.
Pudentia Maria Purenti Sri Sunarti, atau Pudentia MPSS, mengatakan: “Keputusan UNESCO untuk setiap WBTB adalah bahwa warisan budaya tidak boleh hidup selama pengembangan atau statusnya sebagai Situs Warisan Dunia. “Jika ternyata jauh lebih buruk dari sebelumnya, Itu bisa dicabut,” katanya. Pengajuan sajak sebagai WBTB ke UNESCO, presiden Asosiasi Tradisi Lisan, salah satu pendiri pertama.
Grup Whatsapp
Menghadapi kemungkinan tersebut, selain kecintaannya pada khazanah pantun yang sudah lama eksis dan kini menjadi WBTB Dunia, sejumlah budayawan Melayu Riau yang tergabung dalam stakeholders Pantun pun langsung mengumumkan Whatsapp Group (WAG). Kenduri Pantun merupakan ruang sastra bagi masyarakat luas untuk menerbitkan pantun baru yang ia ciptakan.
Lahir pada 18 Desember 2020, sehari setelah Pantun ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia atau WBTB Dunia oleh UNESCO, WAG Kenduri Pantun didirikan oleh beberapa penyair budaya dan nasional dari Riau, seperti Al-Azhar dari Arisandi. , Raja Yoserizal Zen dan Taufik Ihram Jamil. Semuanya merupakan aktivis dari Lembaga Adat Melayu (LAM) dan ATL Provinsi Riau.
Kehadiran WAG Kenduri Pantun mendapat sambutan positif tidak hanya oleh para penggiat sastra dengan ‘nama’, tetapi juga oleh masyarakat luas dan para penulis pantun dari negara tetangga. Karya-karya pantun baru juga muncul, menghasilkan dua buku tebal (800 halaman, 4.000 tarif) berjudul Kumpulan Pantun Kenduri Pantun, diedit dan diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Riau.
“WAG Kenduri Pantun dan antologi hanyalah awal dari gerakan kami untuk mempertahankan keberadaan Pantun di tanah Melayu, khususnya di Riau. Pemerintah Pusat adalah Menteri Pendidikan dan Teknologi Nomor 379 tanggal 29 November 2021 yang ditandatangani oleh Menteri Nadiem Anwar Makarim Berdasarkan /P/2021.
Seperti yang diungkapkan Taufik Ihram Jamil, keberadaan WAG Kenduri Pantun hanyalah sebuah terobosan awal dalam ‘gerakan budaya’ untuk mengembangkan pantun di masyarakat Melayu Riau. Ada juga akses dan pelatihan kepada marga dan pelaku budaya yang menjadikan khazanah Pantun sebagai instrumen utama bentuk seni yang mereka tampilkan.
Lomba seni puisi respon tingkat SMA dan organisasi adat juga digalakkan oleh Disbud Riau. Juga pembinaan bagi kelompok kesenian tradisional yang menggunakan pantun sebagai ‘alat bertutur’ dan bercerita tentang penampilan mereka. Sebagai contoh, lihatlah pertunjukan seni Zapin dan Randai-teater-tari-musik-sastra di Minangkabau, yang sudah lama menjadi bagian dari pertunjukan sastra lisan di Riau.
Jenis seni pertunjukan berbasis pantun ini, yang dirangkum dan dihadirkan sebagai materi utama acara puncak Kenduri Pantun 2021 yang dipusatkan pada Idrus Tintin (mengingat situasi pandemi COVID-19 dan menerapkan prosedur yang ketat), merupakan karya seni Pekanbaru. Acara ini berlangsung secara online dan offline mulai pukul 10.00 hingga 22.00 WIB.
Rangkaian kegiatan puncak diawali dengan pembukaan Lawang (membuka pintu) Kenduri Pantun, dilanjutkan dengan podcast pantun melalui saluran Youtube ATL Riau yang dipimpin oleh Taufik Ikram Jamil, Raja Yoserizal Zen dan Alang Rizal yang menampilkan pembicara jarak jauh. Percakapan berlanjut. Pembicara (disiarkan melalui saluran Youtube langsung ATL Riau) yaitu Profesor Nik Rakib dari Prince of Songkla University di Pattani, Thailand.
Pada puncak acara gerakan budaya Pantun Kenduri, telah didemonstrasikan apa dan bagaimana tempat dan tempat pantun dalam kehidupan geokultural masyarakat Melayu sehari-hari. Paduan Fikrirasy.ID dari seluruh Indonesia dan Malaysia menampilkan pantun satu demi satu melalui saluran media sosial di televisi. Bahkan pada malam hari di panggung utama, Gubernur Riau Syamsuar tampil dalam teks-teks panjang berupa pantun.
variabel. Itu yang saya maksud dalam top performance acara Kenduri Pantun 2021. Itu membuat saya ingin berpartisipasi dalam bentuk gerakan budaya yang indah, menciptakan semacam pantun kilat yang disebut karma.
Bersandar berdampingan, jalan kepiting yuyu
Bergerak dalam embun setelah waktu yang lama, nagari paya
Anda tidak akan pernah kehilangan pantun di tanah Melayu.
Mengenai gerakan budaya, Kenduri Pantun. (M-4)
Terimakasih Ya sudah membaca artikel Cara menjaga tradisi Kenduri Pantun Riau
Dari Situs Fikrirasy ID