Surabaya Dinobatkan Kota Termacet, Ahli Transportasi ITS: Aneh

Surabaya Dinobatkan Kota Termacet, Pakar Transportasi ITS: Aneh
(Kiri ke kanan) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Wahyu Herianto, Hera Widyawati dan Indriatno Heryawan, Kepala Pusat Informasi dan Komunikasi Publik dan Statistik Ahli Komunikasi dan Informatika Kota Surabaya pada Institut Transportasi. Foto: Masruro/Basra

Ahli Institut Transportasi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Hera Widyawati menanggapi hasil survei Global Traffic Scorecard 2021 yang diterbitkan INRIX. Dengan kata lain, sebuah perusahaan analisis data lalu lintas (Traffic) mengumumkan bahwa Surabaya adalah kota terpadat di Indonesia.

Hera mengatakan, sejauh ini pihaknya belum bisa menghubungi perusahaan analisis data lalu lintas tersebut. Karena itu, partai politiknya hanya bisa dipantau melalui liputan berbagai media.

“Dari hasil analisa hasil survei, dihitung selisih antara gerbang yang diblokir dan yang tidak diblokir. Jadi kalau macet sebentar, akan sulit melihat gerbang lagi.”

Memang, menurut dia, kemacetan di Kota Surabaya terjadi pada waktu-waktu tertentu, dan di beberapa akses jalan keluar masuk kendaraan di Kota Pahlawan. Indikator lainnya adalah menggunakan GPS anonim.

“Dulu, idenya adalah menggunakan data besar dari seluler atau penyedia untuk menentukan kepadatan jalan. “Lalu yang tidak bisa dideteksi adalah jenis kendaraannya.”

Sebagai pengamat dan pengguna jalan, ia mengatakan arus lalu lintas Surabaya masih moderat. Jadi, menurut dia, akan lebih bijaksana untuk mengecek kemacetan lalu lintas berdasarkan waktu tempuh.

“Jika ingin melihat kemacetan, satu jalan bisa berbeda dengan melihat banyak jalan. Jadi akan lebih bijaksana untuk melihat waktu perjalanan.”

Senada dengan itu, pakar dari Institut Teknologi September (ITS) Surabaya Wahu Herianto dari Sepulu juga mengaku terkejut dengan hasil survei tersebut. Menurutnya, hal ini bisa menjadi acuan penting jika survei dilakukan pada masa pandemi 2021 dan pengguna angkutan umum belum optimal.

“Padahal, aplikasi peta memudahkan pengguna untuk memantau kepadatan lalu lintas. Dengan lebih banyak angkutan umum di masa depan, kami berharap dapat memungkinkan pengguna untuk berganti atau bepergian dengan mobil,” katanya.

Baca Juga:  Hingga Jumat, 109.955.752 orang telah divaksinasi penuh terhadap COVID-19.

“Jika melihat situasi kemacetan lalu lintas sebelum dan sesudah pandemi COVID-19, terlihat tingkat pelayanan di Kota Surabaya saat ini adalah grade C,” imbuhnya. Di sisi lain, sebelum pandemi, Kota Surabaya berada pada Kategori D dan relatif ramai. .

“Jika survei dilakukan di masa pandemi, berarti tidak wajar jika kita semua tidak mencoba mengalihkan pengemudi pribadi ke angkutan umum,” katanya.

Terimakasih Ya sudah membaca artikel Surabaya Dinobatkan Kota Termacet, Ahli Transportasi ITS: Aneh

Dari Situs Fikrirasy ID