Prabowo menyalahkan Fadli Zon karena mencuit untuk Jokowi atau presiden PDI-P.

Lelucon Fadli Zon pun akhirnya tercecer. Sikap Fadli Zon terhadap Presiden Joko Widodo ditegur oleh pihak-pihak yang memeluknya. Dan Prabowo Subianto, Ketua DPD Partai Gerindra, sekaligus Ketua MPR, langsung diperingatkan.

Kasus Fadli bermula ketika anggota Komisi I DPR dari Fraksi Gerindra menanggapi cuitan Presiden Jokowi soal peresmian Sirkuit Mandalika. Ya, seperti biasa perilaku Fadli, kicauan dengkurannya justru menyindir Presiden Jokowi yang belum mengulas bencana banjir Sintang, Kalimantan Barat.

Jokowi, Ketua Majelis Nasional (BKSAP), menyebut Jokowi ketika ditanya kapan dia akan mengunjungi Sintang, yang dirusak oleh banjir dalam tiga minggu terakhir. Fadli mentweet pada Sabtu (13/11) melalui akun Twitter @FadliZon, “Luar biasa. Selamat atas pembukaan Sirkuit Mandalika. Banjir tidak surut selama 3 minggu ketika kami pergi ke Sintang.”

Kicauan tersebut pun menuai reaksi keras dari Sekjen DPP PDIP Hasto Kristyanto. Hasto mengatakan selama ini Fadli biasanya mengkritik pemerintah, bukan karena menghasilkan karya atau berkontribusi untuk rakyat Indonesia.

Hasto bahkan mengungkapkan kekecewaannya atas sikap Fadli yang selalu berseberangan dengan Presiden Jokowi. Padahal, Partai Gerindra merupakan bagian dari koalisi pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin.

Hasto mengatakan, “Sebagai sesama partai di pemerintahan, seharusnya Partai Gerindra menghormati sikap yang harus dibela Pak Fadli Zon.”

Masalah kicauan Fadli Zon bermula dari masalah kekokohan federasi. Karena itu, Gerindra mau tidak mau bereaksi terhadap pernyataan PDIP. “Dia (Fadli Zon) sudah diperingatkan. Ya (teguran), lewat Sekjen Pak Prabowo (Sekjen Gerindra Ahmad Muzani),” kata juru bicara Partai Gerindra Habiburrokhman.

Gerindra juga meminta maaf jika pernyataan tersebut menimbulkan ketidaknyamanan. Bahkan, Gerindra secara terbuka menyebut cuitan Fadli sebagai pernyataan pribadi dan tidak mewakili posisi partai atau fraksi manapun.

Dan itu benar. Fadli seolah ‘menghilang’ setelah diperingatkan. Tweet terakhir Fadli Zon hanya terpantau hingga 13 November 2021. Dan per Kamis, 18 November 2021, akunnya tidak aktif.

Lima hari kemudian, Fadli Zon menghilang dari media sosial. Padley John, yang kerap mengutarakan pendapat bahkan mengkritik lewat media sosial, sepertinya sudah terlantar di muka bumi.

Sebenarnya, ini bukan kali pertama Fadli mengkritik Jokowi. Kritik yang tak terhitung jumlahnya membuat Jokowi merasa sinis. Mulai dari kata presiden suka baca Doraemon, Nawashita punya Nawaduka, Sri Mulyani debitur, Puisi bangsawan di keraton, dan Jokowi punya pantun jorok. Belum lagi saat Fadli Zon berduet dengan mantan Wakil Presiden DPR PKS Fahri Hamzah.

Baca Juga:  Eros Jarot: Yahya Staquf karena tidak memenuhi perintah Gus Dur bertanggung jawab atas dosa budaya.

Namun ada juga pihak yang menyayangkan sikap “represif” Prabowo terhadap Fadli. Ada yang berpendapat bahwa kritik Padley sangat wajar mengingat posisinya sebagai wakil rakyat. Tugas utamanya adalah mengawal jalannya pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin.

Fungsi pengawasan dijamin oleh UUD dan diatur dengan undang-undang sesuai dengan amanat rakyat. Artinya, meskipun partai politik memiliki kode etik dan kode etik tertentu, setinggi apapun norma internal partai, tidak boleh menghalangi rakyat untuk menjalankan tugas yang diberikan kepadanya.

Gerindra harus memahami bahwa kritik Fadli Zon adalah bagian dari tugasnya menjalankan perintah rakyat. Tidaklah salah jika menteri Gerindra seperti Prabowo Subianto atau Sandiaga Uno mengkritik secara terbuka. Jika itu Padley, itu karena anggota Kongres memainkan peran penting.

Mantan Ketua DPR Fahri Hamzah mengatakan Gerindra melanggar ketentuan konstitusi dengan berusaha membungkam Fadli. Fahri mengatakan, “Karena gaji dan kehormatan yang diberikan kepada Fadli berasal dari rakyat, bukan dari partai politik.”

Betul sekali. Kalau dipikir-pikir, pernyataan Fahri ada benarnya. Buktinya, Presiden Jokowi sendiri tidak mempersoalkan karakter Padley John yang kerap dikritik. Padahal, tahun lalu Padley dan Paris mendapat penghargaan dari Presiden berupa Bintang Mahaputera Naraya.

Saat itu, banyak yang mempertanyakan keabsahan bintang jasa tersebut, antara lain karena duet Fadli-Fahri kerap mengkritisi pemerintah. Namun Presiden Jokowi bersikukuh bahwa kritik Padley adalah bagian dari demokrasi. “Ini yang namanya demokrasi,” kata Jokowi saat itu.

Jika Presiden Jokowi tidak peduli dengan sikap Fadli, Prabowo dan Gerindra tidak perlu membungkam Fadli. Apakah karena Aliansi terus mengasihani dirinya sendiri? Tapi Jokowi Park tidak peduli. Jadi siapa yang akan membencinya? Dengan Jokowi atau dengan PDI-P? Jika Fahri mengatakan Fadli Zon benar, Gerindra salah.