Gerakan nasional Bunda Cinta dimulai

Angka kematian ibu (AKI) adalah ukuran tingkat kesejahteraan suatu negara. Sayangnya, MMR yang tinggi masih menjadi masalah utama bagi Ibu Pertiwi. bagaimana itu? Berbagai upaya penurunan AKI belum membuahkan hasil yang berarti.

Mencerminkan data AKI selama 20 tahun (1994-2015), penurunan AKI masih sangat kecil sehingga menyebabkan kematian ibu dari 390 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan melalui program global, target 2015 Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), AKI harus diturunkan menjadi 102 per 100.000. Artinya, Indonesia masih tertinggal dalam penilaian MDGs 2015 dan mendapat ‘rapor merah’.

Perjuangan untuk menurunkan MMR terus berlanjut. Indonesia kali ini menghadapi tujuan global yang sudah sering kita dengar. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG). Berjalan hingga tahun 2013, program ini bertujuan untuk menurunkan AKI menjadi 70 per 100.000 orang. Tentu saja, ini bukan tugas yang mudah. Lalu bagaimana dengan pemerintah Indonesia?

Pemerintah telah menetapkan penurunan AKI sebesar 183 per 100.000 penduduk melalui target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) per lima tahun (2020-2024). Hanya beberapa bulan setelah target ditetapkan, Indonesia menghadapi pandemi COVID-19 yang nyatanya berdampak besar pada peningkatan angka kematian ibu di negara tersebut.

Di masa pandemi ini, AKI tumbuh pesat di Jawa Timur, yaitu sekitar 600 per tahun. Hingga Januari hingga November 2021, angka kematian ibu adalah 1.153 (Puskesmas Jawa Timur). Tentu ini menjadi perhatian yang sangat mendalam.

Menurut data Kementerian Kesehatan RI per 14 Desember 2021, jumlah kematian ibu sejak Januari hingga November 2021 sebanyak 6.002. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah kematian ibu yang mencapai 4.197-4.903 selama lima tahun terakhir (2016-2020). Peningkatan tajam jumlah kematian ibu, di mana 40% (sampai 2.354) terjadi pada ibu yang dinyatakan positif COVID-19.

Ancaman COVID-19 sebagai fasilitator kematian ibu adalah kondisi umum ibu hamil yang lemah dan rentan terhadap penyakit, serta fasilitas pelayanan kesehatan yang tutup atau memiliki jam pelayanan terbatas. Selain itu, sistem rujukan yang cukup kompleks dan ibu khawatir mengunjungi panti jompo, serta kekhawatiran tentang penyakit menular yang semakin melemahkan kekebalan ibu hamil.

Akibatnya, pandemi COVID-19 menjadi masalah baru selain tiga masalah klasik penyebab kematian ibu: terlambat (terlambat mengambil keputusan, terlambat dirujuk, terlambat berobat). ), ditambah 4 (terlalu muda untuk hamil, terlalu tua untuk hamil). Kesenjangan antara kehamilan terlalu sempit, ada terlalu banyak kehamilan).

Pemecahan Masalah AKI

Salah satu upaya untuk mengatasi masalah AKI di Indonesia adalah dengan menambah jumlah tenaga kesehatan (SDM). Saat ini, jumlah bidan, dokter umum, dan dokter kandungan meningkat, meski banyak tenaga kesehatan yang menurun akibat pandemi.

Salah satu hasil dari upaya peningkatan jumlah HRK dapat dilihat dari cakupan pelayanan antenatal care. Hampir semua (96,3%) dilakukan oleh tenaga kesehatan (Riskesdas, 2018). Tentu saja angka tersebut sangat tinggi. Pertanyaan yang tersisa, bagaimanapun, adalah apakah kualitas skrining kehamilan sudah memadai. Bisakah kasus berisiko tinggi dideteksi dengan benar? Apakah Anda pernah mengalami anemia, intervensi defisiensi vitamin A, atau intervensi defisiensi mikronutrien? Tentu saja, ini harus menjadi subjek studi bersama.

Baca Juga:  Apa itu vaksin booster dan kapan saya harus mendapatkan suntikan?

Selain itu, menurut laporan kinerja Kementerian Kesehatan tahun 2020, bantuan persalinan bagi tenaga medis yang bekerja di institusi medis melebihi target nasional. Sasaran indikator kinerja untuk tahun 2020 adalah 87%, dan tingkat pencapaian indikator kinerja kesehatan dan medis fasilitas kesehatan pada tahun 2020 adalah 93,31%. Upaya peningkatan cakupan wilayah di beberapa wilayah memang masih diperlukan, namun dari data tersebut, secara logika AKI tidak lagi menjadi isu utama di tanah air. Tapi kenapa yang terjadi sebaliknya?

Melihat lebih dekat, masalah kematian ibu juga sangat dipengaruhi oleh faktor non medis seperti faktor sosial, ekonomi, dan budaya. Pendekatan untuk memecahkan masalah dari sudut pandang non-medis telah dicoba dalam praktek dan sedang berlangsung. Contohnya antara lain penguatan tata kelola, peningkatan akses layanan bagi ibu dan bayi, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Semua upaya tersebut tentunya akan membutuhkan upaya bersama dari kita. Bukan hanya bidang kesehatan. Namun menemukan akar penyebab tingginya angka kematian ibu yang menjadi tolak ukur kesejahteraan nasional menuntut semua sektor non-kesehatan untuk bekerja sama.

saran

Untuk menurunkan AKI di Indonesia diperlukan berbagai bidang minat dan partisipasi aktif. Misalnya, Anda mungkin melihat organisasi masyarakat seperti Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) terlibat dalam upaya membantu ibu hamil.

Di sisi lain, hal itu juga dapat dicapai melalui upaya menjadikan kepemilikan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sebagai syarat beroperasinya pembiayaan bersalin Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Selain itu, pemerintah daerah dapat dilibatkan dalam mendukung pendanaan yang tepat untuk program penurunan kematian ibu baik program fisik maupun non fisik, termasuk upaya melokalisir rujukan ibu, dan banyak upaya strategis lainnya yang memerlukan crossover ada. Kerjasama sektoral, serta aplikasi yang diluncurkan oleh Dinas Kesehatan Jawa Timur, FK Unair, POGI, IDAI dan Satgas Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi (Penakib); buaian, yaitu inovasi berupa pemutaran digital berbasis web gratis dan chatbot, terutama di Jawa Timur, dan di mana-mana, dapat diakses oleh ibu hamil.

Melalui inovasi ini, diharapkan dengan meningkatkan tes skrining ibu hamil, kasus ibu hamil berisiko tinggi dapat dideteksi secara dini, dan ibu hamil yang membutuhkan rujukan dapat segera dirujuk untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Aplikasi tersebut tentunya dapat dikembangkan lebih luas di seluruh tanah air. Maka, dalam rangka Hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember, mari kita satukan tekad kita untuk mencanangkan gerakan nasional untuk ibu-ibu yang mencintai bekerja sama untuk mengurangi AKI untuk menyelamatkan jutaan ibu dan calon ibu di Indonesia.




Terimakasih Ya sudah membaca artikel Gerakan nasional Bunda Cinta dimulai

Dari Situs Fikrirasy ID

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *