fikrirasy.id – 6 Masalah Mental yang Jarang Terdiagnosis Menurut Ahli. Seseorang yang mengalami masalah kesehatan emosional jarang mendapatkan keputusan yang tepat untuk waktu yang sangat lama sebelum akhirnya mendapatkan hasil yang tepat. Masyarakat telah mencapai kemajuan yang sempurna dan besar dalam memahami, mendiagnosis, dan menghilangkan rasa malu yang terkait dengan kesejahteraan psikologis. Namun, terlepas dari kesadaran kesehatan emosional yang kritis ini, banyak hasil yang salah didiagnosis atau tidak dianalisis sama sekali.
Dengan kesalahan ini, hasilnya adalah pasien diberitahu bahwa mereka memiliki penyakit lain. Hal ini membuat banyak orang terus berjuang untuk diri mereka sendiri daripada mendapatkan perhatian yang mereka butuhkan dan pantas.
Informasi dari WHO menunjukkan bahwa tidak tepat 50% individu memenuhi standar analitik atau mendapatkan pertimbangan klinis yang sesuai. Namun, itulah masalahnya jika aset tidak ditetapkan seperti yang diharapkan dan kondisi tidak cenderung, itu sering menyebabkan masalah yang jauh lebih serius mulai sekarang. Berikut ini adalah lima masalah kesehatan emosional yang jarang dianalisis dengan tepat.
1. Gangguan makan
Lebih dari 90% orang dengan masalah diet tidak dianalisis secara terapeutik sebagai kurus, dan kondisi ini sangat sulit untuk dibedakan. Masalah diet juga sering diabaikan karena dianggap hanya terjadi pada remaja putri kurus.
Namun, sejumlah besar orang di seluruh dunia dipengaruhi oleh masalah diet, pada kenyataannya orang-orang dari segala usia, jenis kelamin, dan identitas. Masalah ini jarang dianalisis pada orang tua dan pria.
Sebuah tinjauan di College of Michigan School of General Wellbeing melaporkan bahwa generalisasi tentang siapa yang menciptakan masalah diet, penentuan dan pengobatannya bisa berbeda. Jika laki-laki yang berbobot lebih, minoritas, dan individu yang tidak berkecukupan mungkin akan luput dari perhatian semua orang.
Ini sangat mengkhawatirkan, karena gangguan pola makan adalah perilaku disfungsional paling berbahaya kedua. Setiap tahun, 10.200 orang Amerika meninggal karena masalah diet.
2. Gangguan bipolar
Gejolak bipolar juga sangat mungkin merupakan ketidaksesuaian psikologis yang paling serius. Meskipun tidak ada solusi untuk kebingungan bipolar, perawatan yang ideal dapat membantu pasien mengatasi infeksi mereka dan mencegah ketidaknyamanan.
Pasien bipolar akan menghadapi episode emosional dan tingkat energi yang keterlaluan. Dapat melompat dari kondisi ketidakpedulian dan kesengsaraan ke kondisi gila hingga hipomania. Dengan asumsi mereka terlalu bersemangat, mereka akan berperilaku berbahaya dan tidak aman.
Sebuah studi yang diarahkan oleh Public Burdensome and Hyper Burdensome Affiliation menyimpulkan bahwa 69% pasien bipolar salah didiagnosis. 33% dari pasien ini salah didiagnosis selama lebih dari 10 tahun.
Paling sering, kebingungan bipolar dipandang sebagai keputusasaan. Jika dokter lalai menanyakan pertanyaan pasien yang putus asa tentang efek samping yang berlebihan, seperti episode emosional yang tiba-tiba, mereka akan salah mendiagnosis.
Banyak ahli kesehatan mengatakan bahwa gangguan bipolar kurang terdiagnosis, tetapi penelitian yang sedang berlangsung melaporkan apa yang terjadi mungkin lebih rumit. Selanjutnya, penyelidikan yang berbeda telah menyimpulkan bahwa kemungkinan kesimpulan masalah bipolar salah menilai.
3. Gangguan stres pascatrauma
Masalah stres pasca-buruk (PTSD) adalah masalah yang dijelaskan oleh ketidakmampuan untuk memulihkan diri setelah mengalami atau menghadapi peristiwa yang sulit atau menakutkan. Korban mungkin mengambil bagian dalam pemisahan ramah untuk kesiapan tetapi menjadi terlalu siap, dan kehilangan minat pada aktivitas sehari-hari.
Efek samping seperti ini sering disalahartikan sebagai masalah hiruk pikuk, ketakutan, stres hingga kesedihan, penyalahgunaan minuman keras, dan kondisi perilaku. Para peneliti belum tahu mengapa begitu banyak orang mengalami PTSD karena kecelakaan yang mengerikan. Namun, penelitian telah merinci bahwa 20% korban mengalami semacam cedera yang menyebabkan PTSD.
Seringkali pasien tidak tahu tentang kondisinya, sampai-sampai dokter mendapat informasi tentang kecelakaan mengerikan di masa lalu. Temuan yang tidak terdeteksi umumnya ketika pasien tidak menceritakan tentang cedera masa lalunya. Bisa juga sebaliknya, dokter atau konsultan tidak mendapatkan informasi tentang kejadian cedera di masa lalu dari pasien.
4. Gangguan kepribadian ambang
Sesuai dengan laman Brain research Today, kondisi perilaku marjinal atau kondisi perilaku marjinal adalah kondisi yang dijelaskan oleh penyakit psikologis dan impulsif. Selain itu, hal ini juga digambarkan dengan contoh terus menerus dari perbedaan temperamen, gambaran mental diri, dan tingkah laku yang menyebabkan masalah besar.
Seperti yang ditunjukkan oleh Public Partnership on Psychological maladjustment, kondisi perilaku marjinal adalah kondisi kesehatan emosional yang paling sering salah didiagnosis. Penjelasannya adalah karena efek samping ini muncul seolah-olah efek samping yang berbeda termasuk kegelisahan, depresi, dan masalah bipolar. Tidak hanya itu, rasa malu juga menjadi masalah bagi individu dengan kondisi perilaku marginal.
5. Depresi
Menurut halaman Britannica, kesuraman adalah kekacauan pola pikir atau keadaan mendalam yang digambarkan oleh perasaan tidak mampu, dan berkurangnya kemampuan untuk menghargai hidup. Efek samping termasuk sensasi kesengsaraan yang mendalam, kesedihan, dan sinisme. Masalah kesejahteraan psikologis ini adalah yang paling dikenal luas.
Sayangnya, kondisi ini kurang dilaporkan dan kurang terdiagnosis di seluruh dunia. Memang, bahkan di AS, di mana orang-orang memiliki tingkat kesadaran kesehatan emosional yang tinggi, hanya 50% orang dengan kemalangan yang berhasil dianalisis dan mendapatkan perawatan yang tepat. Sementara itu, di negara-negara berkembang, kemalangan jauh lebih serius atau tidak terdeteksi.
Masalah mendasar dari kemalangan adalah indikasi berbagai efek samping dari setiap individu yang mengalaminya. Kondisi tersebut dapat muncul dengan berbagai cara. Orang-orang tertentu akan menghadapi efek samping dari kelesuan dan masalah yang mendalam. Namun, sebagian lainnya justru mengalami gejala migrain, sakit kepala, hingga penurunan kemampuan mental.
Terlebih lagi, kesuraman sering disalahartikan sebagai efek samping demensia atau disalahartikan sebagai akibat dari siksaan terus-menerus, kanker, atau diabetes.
6. Masalah terkait penyalahgunaan zat
Penggunaan obat-obatan, minuman keras dan penyalahgunaan zat merupakan hal yang sangat berat mengingat tidak hanya aib negatif yang terkait dengannya. Seringkali kita mengira bahwa seseorang yang meminum minuman keras, mabuk untuk mengontrol pikiran atau aktivitasnya padahal tidak selalu hal itu terjadi.
Karena ‘aib’ adalah masalahnya, akan lebih mudah baginya untuk menyembunyikan kebiasaannya daripada mencari bantuan. Dengan demikian, banyak pasien yang belum ditemukan untuk waktu yang sangat lama, terutama dengan asumsi bahwa kondisi mereka setara dengan peminum berat.
Usia sangat mungkin menjadi penghalang terbesar dalam kesimpulan. Hasilnya menunjukkan bahwa 5 hingga 8 juta manula memiliki setidaknya satu penyalahgunaan zat terkait kondisi kesehatan emosional. Juga, jumlah ini seharusnya meningkat menjadi 10 hingga 14 juta dari tahun 2030.
Masalah semacam ini jauh lebih kecil kemungkinannya untuk dianalisis pada orang dewasa yang lebih tua. Mungkin karena efek samping fisik dan mental dari penyalahgunaan zat seringkali sangat mirip dengan masalah medis yang berkaitan dengan penuaan.
Akibatnya, dengan asumsi Anda, ketika semua dikatakan dan dilakukan, sedang berjuang dengan kesejahteraan emosional Anda dan salah didiagnosis, hubungi spesialis atau penasihat yang ulung sehingga penasihat dapat merawat kondisi Anda dan mengukur kecepatan penyembuhan.