Anda harus waspada dan mempelajari secara ilmiah secara mendalam.
Jakarta (ANTARA) – Profesor Tjandra Yoga Aditama, pakar ilmu kesehatan Universitas Indonesia, mengatakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum memutuskan untuk mengklasifikasikan varian B.1.1.529 menurut tingkat keganasannya.
“WHO akan bertemu hari ini untuk memutuskan apakah varian B.1.1529 harus masuk dalam kelompok varian dalam penyelidikan (VUI), varian kepentingan (VOI) atau varian perhatian (VOC),” kata Tjandra Yoga. Aditama dikonfirmasi di Jakarta, Jumat.
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO di Asia Tenggara itu mengatakan beberapa hari lalu strain baru B.1.1.529 ditemukan di Afrika Selatan dan beberapa negara Afrika.
Guru besar ilmu paru-paru FKUI ini mengatakan varian itu banyak mengalami mutasi. “Beberapa orang mengatakan lebih dari 30 mutasi, yang lebih banyak daripada yang lain dengan mutasi Delta,” katanya.
BACA JUGA: Inggris Khawatir dengan Varian Baru Penyebaran COVID di Afrika Selatan
Baca Juga: Legislatif: Vaksin Booster Penting Saat Varian Baru Muncul
Dia mengatakan semakin banyak mutasi yang ada, semakin dia khawatir tentang kemungkinan efeknya.
“Mengkhawatirkan berarti kita harus tetap waspada dan melakukan penelitian ilmiah yang mendalam, yang mungkin belum tentu lebih berbahaya, tergantung pada analisis ilmiah di masa depan,” katanya.
Tjandra mengatakan sejauh ini tidak jelas tentang efek B.1.1.529 pada manusia, termasuk efek penyakit, diagnostik dengan PCR dan antigen, reinfeksi dan vaksin.
“Biasanya butuh beberapa minggu untuk semua informasi menjadi lebih jelas,” katanya.
Baca Selengkapnya: Direktur BNPB Minta Kalteng Antisipasi Varian Baru Corona AY.4.2.
BACA JUGA: Bupati Bogor Ingatkan Warga Waspadai Strain Baru Covid-19.
Sebagai bentuk kewaspadaan, Tjandra mengatakan beberapa negara telah membatasi penerbangan dari negara yang terinfeksi atau memperketat karantina lokal.
Tjandra menambahkan, pembahasan varian B.1.1.529 belum diputuskan oleh WHO. “Kalau nanti jadi VOI atau VOC tentu ada nama khusus, dan ada yang memprediksi akan diberi nama Nu, dan kalau jadi VOI atau VOC, VUI belum diberikan. Nama khusus,” ujarnya.
Menurut Tjandra, para pakar di Indonesia harus menunggu informasi tersebut dikembangkan dalam beberapa hari ke depan.
Tjandra terus mewaspadai dan menghimbau kepada masyarakat untuk menerapkan 3M, 5M, segera cek jika ada keluhan atau kontak dengan pasien. “Yang belum divaksin harus segera divaksin,” ujarnya.
Baca selengkapnya: 54,3% kasus COVID-19 di luar negeri adalah mutasi virus.
Wartawan: Andi Firdaus
Editor: Tolong Santoso
HAK CIPTA © Antara 2021
Terimakasih Ya sudah membaca artikel Ahli: WHO belum mempublikasikan tingkat virulensi dari jenis baru B.1.1.529.
Dari Situs Fikrirasy ID