fikrirasy.id – Resistansi Antimikroba adalah Ancaman Kesehatan Global Menurut WHO. Obstruksi antimikroba bukanlah masalah remeh karena merupakan risiko kesehatan umum di seluruh dunia. Jika tidak segera diobati, hal itu meningkatkan pertaruhan kematian karena berkurangnya pilihan antimikroba yang dapat menyembuhkan penyakit.
Masalah obstruksi antimikroba muncul karena penggunaan antimikroba yang berlebihan. Pada manusia, tetapi juga pada hewan, terutama yang digunakan untuk pembuatan makanan dan dalam cuaca, turut mempercepat terjadinya obstruksi antimikroba.
Sebagai masalah serius dan sungguh-sungguh, World Wellbeing Association (WHO) bekerja dengan berbagai bidang untuk mengatasi resistensi antimikroba dengan meningkatkan kewaspadaan dan pengetahuan, mengurangi kontaminasi, dan mendorong penggunaan antimikroba secara hati-hati.
1. WHO menyebut resistansi antimikroba sebagai salah satu ancaman kesehatan masyarakat global
Peningkatan obat antimikroba, misalnya antimikroba, antivirus, dan antimalaria merupakan kemajuan terbaik dari pengobatan saat ini. Berbagai antimikroba ini dapat mencegah dan mengobati penyakit pada manusia, hewan, dan tanaman.
Namun, kemampuan obat ini untuk mengobati penyakit semakin berkurang. WHO mengumumkan obstruksi antimikroba sebagai salah satu dari 10 risiko kesehatan umum global teratas.
2. Resistansi antimikroba menyebar di seluruh dunia
US Places for Infectious Prevention and Anticipation (CDC) memahami bahwa perkembangan individu, hewan, dan produk membuatnya lebih mudah untuk perlindungan antimikroba dari penyebaran mulai dari satu tempat lalu ke tempat berikutnya di planet ini. Keanehan ini terlihat dari satu sisi planet ke sisi lain, mengingat Indonesia.
Seperti dituturkan Direktur Dewan Pengawas Oposisi Antimikroba (KPRA) Pelayanan Kesejahteraan Indonesia, dr. Anis Karuniawati, PhD, SpMK(K), setiap tahun terjadi peningkatan prevalensi organisme mikroskopis yang aman dari obat anti infeksi yang menyebabkan kontaminasi, terutama penyakit ekstrim seperti pneumonia dan sepsis, mengacu pada klarifikasi WHO. Indonesia dinilai sebagai salah satu dari lima negara dengan tingkat penggunaan antimikroba tertinggi pada tahun 2030. Duh!
3. Mengapa resistansi antimikroba menjadi ancaman kesehatan global?
Oposisi antimikroba adalah kapasitas mikroorganisme, infeksi, parasit dan pertumbuhan untuk melawan pengobatan antimikroba. Kemudian lagi, hampir tidak ada pengungkapan atau pengembangan obat baru. Munculnya dan penyebaran mikroorganisme yang aman untuk pengobatan membahayakan kemampuan manusia untuk mengobati penyakit normal.
Mikroorganisme yang semakin kebal terhadap obat-obatan mendorong orang kembali ke saat infeksi yang tak tertahankan seperti pneumonia, tuberkulosis (TB), gonore, dan salmonellosis tidak dapat diatasi. Kegagalan untuk mengobati penyakit yang tak tertahankan juga berisiko pada aktivitas dan metode, seperti kemoterapi.
4. Resistansi antimikroba membuat penyakit makin parah dan sulit diobati
Obstruksi antimikroba membuat infeksi lebih sulit untuk diobati, meningkatkan risiko penyebaran penyakit, dan akibatnya meningkatkan risiko kematian. Salah satu infeksi yang semakin sulit diobati karena penghambatan antimikroba adalah tuberkulosis.
Jenis mikroorganisme Mycobacterium tuberculosis yang aman dan anti-infeksi membahayakan kemajuan dalam mengendalikan wabah tuberkulosis (TB) di seluruh dunia. WHO mengukur sekitar 1.000.000 kasus baru TB yang aman dengan rifampisin pada tahun 2018. Sebagian besar kasus ini kebal terhadap dua obat TB yang paling luar biasa.
Dalam penelitian, pengobatan TBC yang aman obat lebih sulit daripada pengobatan TBC halus. Seperti yang dijelaskan pada halaman TB Indonesia, TB yang aman obat pasti dapat dipulihkan, namun membutuhkan investasi yang lebih lama, bisa mencapai 18 hingga dua tahun!
Selain waktu yang lebih lama, biaya yang dikeluarkan selama pengobatan juga lebih mahal, pengobatan lebih sulit, dan efek samping obat juga lebih parah.
5. Resistansi antimikroba juga mengancam ketahanan pangan
Obstruksi antimikroba merusak layanan medis di masa depan. Selain itu, CDC juga menyatakan bahwa resistensi antimikroba juga memengaruhi produksi makanan. Hal yang persis sama dijelaskan oleh Food and Horticulture Association (FAO), bahwa penghambatan antimikroba menyebabkan penyakit dan kematian pada manusia, hewan, dan tanaman.
Misalnya, dalam hortikultura, penghambatan antimikroba menyebabkan kerugian produksi yang membahayakan ketahanan pangan. Demikian pula, penghalang antimikroba dapat berpindah di antara manusia, makhluk, dan berbagai kondisi yang memungkinkan mikroorganisme yang aman untuk obat mengotori tatanan kekuasaan yang sudah mapan. Selanjutnya, masalah obstruksi antimikroba juga merupakan masalah lintas area.
WHO menyatakan resistensi antimikroba sebagai risiko kesehatan umum global. Mikroba yang aman untuk obat membahayakan orang dalam mengobati penyakit normal dan membahayakan prosedur medis untuk kemoterapi. Selain membuat penyakit menjadi lebih serius dan sulit diobati, resistensi antimikroba juga dapat melemahkan ketahanan pangan.