fikrirasy.id – Resistansi Antimikroba Menyebabkan 5 Juta Kematian Per Tahun. Resistansi antimikroba (AMR) masih menjadi ancaman bagi kesehatan dunia. Ini adalah kondisi dimana organisme mikroskopis, infeksi, pertumbuhan dan parasit menjadi kebal terhadap obat yang diberikan.
Dinas Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa gangguan antimikroba dapat dikategorikan sebagai silent pandemic mengingat angka kematiannya yang sangat tinggi. Tidak diragukan lagi, obstruksi antimikroba mungkin dapat menyebabkan 10 juta kematian yang diharapkan pada tahun 2050!
Berangkat dari permasalahan tersebut, Essity Indonesia menggelar media virtual preparation dengan tema “Sorbact Development Cegah Oposisi Antimikroba di Injury Care”
Acara diawali dengan sambutan dari Gustavo Vega, Business Head PT Essity Cleanliness and Wellbeing Indonesia, kemudian dilanjutkan dengan pertunjukan dari dr. Harry Parathon, Sp.OG (K), Top of Indonesian Community for Antimicrobial Obstruction (PRAINDO), dan Joice Simanjuntak, Promoting Head of Essity Indonesia. Tolong dengarkan!
1. Apa itu resistansi antimikroba?
seperti yang ditunjukkan oleh dr. Harry, oposisi antimikroba terjadi ketika mikroorganisme, infeksi, pertumbuhan, dan parasit berubah dalam jangka panjang dan tidak pernah lagi menjawab obat yang diberikan. Oleh karena itu, kontaminasi menjadi lebih sulit untuk diobati dan meningkatkan risiko penyebaran penyakit dan kematian.
Obstruksi antimikroba cukup baru. Selama tahun 1940-an, mikroba Staphylococcus aureus menunjukkan perlindungan dari penisilin (anti infeksi utama yang ditemukan oleh Alexander Flemming).
2. Ada 6 bakteri utama yang menyebabkan kematian tertinggi
Kematian yang dinilai karena resistensi antimikroba adalah sekitar 4,9 juta orang setiap tahun. Dr, sebenarnya. Harry mengatakan bahwa penularan dari mikroba yang aman lebih tinggi daripada penularan dari Coronavirus!
Berdasarkan ulasan yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet tahun 2022, terdapat 6 bakteri utama yang menjadi penyebab kematian tertinggi, yaitu Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumoniae, Streptococcus pneumoniae, Acinetobacter baumannii, dan Pseudomonas aeruginosa.
3. Penyebab utamanya adalah penggunaan antibiotik yang tidak tepat
Sekitar 70-80 persen agen anti infeksi digunakan secara tidak tepat. Misalnya, meminum obat anti infeksi tanpa tanda, tidak menggunakan obat anti infeksi yang dianjurkan, atau bahkan menyalahgunakannya. Hal-hal ini dapat menyebabkan perlawanan anti-infeksi.
Jangan meremehkan resistensi anti-infeksi karena dapat menyebabkan infeksi sistem peredaran darah, penyakit saluran kemih, penyakit luka atau penyakit kulit, dan pneumonia. Selain berfokus pada pasien dan keluarga mereka, hal itu juga memperpanjang waktu perawatan, mempertaruhkan risiko infeksi pada pasien lain, memerlukan lebih banyak obat atau tindakan, meningkatkan biaya pengobatan, dan mempertaruhkan kematian.
4. Perawatan luka dengan Sorbact bisa mencegah resistansi antimikroba
Berbeda dengan pembalut lain yang efektif membunuh mikroorganisme, pembalut dengan inovasi Sorbact diproduksi menggunakan dialkilkarbamoil klorida yang bersifat hidrofobik dan dapat menghilangkan organisme tanpa membunuhnya. Dengan demikian, jumlah organisme pada permukaan cedera berkurang dan mempercepat proses pemulihan cedera. Untuk alasan apa organisme tidak boleh dibunuh?
Penelitian menunjukkan bahwa Sorbact tidak menyebabkan obstruksi antimikroba. Terlebih lagi, Sorbact dapat menurunkan tingkat kontaminasi situs hati-hati hingga 65 persen dan memiliki sensitivitas yang baik.
Sorbact dapat digunakan oleh hampir semua kalangan, termasuk bayi serta ibu hamil dan menyusui. Tidak hanya itu, juga dapat digunakan pada luka pasca operasi, luka diabetes, dan memar karena tegang karena tirah baring.