Fikrirasy.id – Jika Memasuki Menopause Keluarga Harus jadi Support System Utama. Menstruasi dan menopause merupakan kebutuhan bagi wanita. Menopause tidak begitu mendasar seperti menghentikan siklus kewanitaan, namun perubahan hormonal yang mempengaruhi keadaan fisik dan mental.
Wanita yang mengalami menopause harus dikelilingi oleh jaringan yang mendukung secara emosional yang layak. Ini adalah akibat langsung dari banyaknya beban yang mereka rasakan. Jelas sulit bagi mereka untuk menghadapinya sendirian.
Isu tersebut dikupas tuntas oleh Persatuan Menopause Indonesia (PERMINESIA) dalam wawancara publik virtual dengan topik “Hidup Sehari-hari Setelah 40 Tahun, Ceria dan Solid”.
Aset orang yang diperkenalkan adalah Dr. dr. Tita Husnitawati, Sp.OG(K) Fer, selaku Pimpinan PERMINESIA, dan Dr. dr. Natalia Widiasih R, Sp.KJ(K)MPdKed yang merupakan pakar psikiatri. Dengarkan baik-baik!
1. Menopause tidak terjadi secara tiba-tiba
Menopause ditandai sebagai akhir periode yang sangat tahan lama karena kekurangan aksi folikel ovarium. Ini adalah periode kehidupan yang akan dipahami oleh setiap wanita.
Ada empat fase menopause yang terjadi secara berurutan, lebih spesifiknya:
- Pra-menopause: Sebenarnya memiliki siklus feminin biasa dan efek samping menopause belum muncul.
- Perimenopause: Tahap sesaat antara pra-menopause dan menopause, yang dimulai pada usia 40-an dan berlangsung cukup lama. Siklus wanita mulai menjadi sporadis, tetapi Anda tetap bisa hamil.
- Menopause: Menopause diatur dalam hal tidak ada siklus kewanitaan selama 12 bulan berturut-turut. Ini karena indung telur telah berhenti bekerja dan selesai melahirkan sel telur. Dimulai pada 51,3 tahun.
- Pasca-menopause: Tahap terakhir yang dilalui seorang wanita sampai akhir hayatnya. Pertaruhan osteoporosis dan penyakit jantung terjadi karena berkurangnya estrogen kimiawi.
2. Gejala fisik yang dirasakan ketika menopause
Saat menopause, estrogen kimiawi berkurang, namun ada peningkatan zat kimia luteinizing (LH) dan bahan kimia penggerak folikel (FSH). Juga, varians prolaktin dan kortisol terjadi.
Efek samping aktual yang biasanya merengek adalah hot glimmers (sensasi makan tiba-tiba di daerah dada), keringat malam, masalah otot luar, masalah kardiovaskular, pembusukan (mengurangi atau berkontraksi) pada kulit dan payudara, dan vaginitis lemah (perberatan atau gangguan ). vagina).
3. Fungsi kognitif pun terganggu
Seperti yang ditunjukkan oleh dr. Natalia, sekitar 44-62 persen wanita mengalami penurunan kemampuan mental selama menopause, seperti masalah memori (menjadi terganggu dan kemampuan belajar berkurang), cerebrum fog (sulit memusatkan perhatian dan mengingat sesuatu), dan masalah komunikasi verbal (kesulitan dalam memahaminya). dan memberi kata-kata). .
Mengapa ini terjadi? Penurunan estrogen kimiawi menyebabkan kerusakan mitokondria, yang memperlambat perkembangan energi pikiran. Dengan demikian, ada penanganan memori yang dinonaktifkan dan perkembangan otak.
4. Selain itu, sisi psikologis juga terdampak
Perubahan organik dikombinasikan dengan stres sosial mempengaruhi ilmu otak wanita pascamenopause. Mereka mungkin mengalami perubahan suasana hati (episode emosional yang tiba-tiba), kesedihan, dorongan yang berkurang, hingga tidak adanya kepastian karena mereka percaya bahwa mereka pada saat ini tidak menyenangkan.
Berdasarkan ulasan yang dimuat dalam Diary of Maternity Care and Conceptive Wellbeing tahun 2019, dari 105 wanita yang berada pada tahap perimenopause, 36,19 persen mengalami ketegangan ringan, 57,14 persen mengalami kegelisahan sedang, dan 5,71 persen mengalami kegelisahan yang luar biasa. Efek sampingnya adalah sesak napas, jantung berdebar-debar, dan telapak tangan berkeringat.
Tak sedikit juga yang mengalami patah semangat, sebagaimana penelitian yang dimuat dalam buku harian Menopause tahun 2010. Dari 685 wanita berusia 45-59 tahun, 41,8 persen mengalami efek samping putus asa, seperti rasa pahit yang tertunda, perasaan tidak berguna, dan sedih.
5. Dukungan dari keluarga dan orang terdekat sangat dibutuhkan
Penelitian yang dipimpin oleh Majalah AARP mengungkap kebenaran yang luar biasa bahwa lebih dari 60% kasus perceraian dimulai oleh wanita berusia 40-60 tahun. Mereka mengakui kehilangan kedekatan dan sentimen dalam suatu hubungan karena menopause.
Dukungan apa yang dibutuhkan oleh wanita yang akan memasuki atau memasuki masa menopause? Mulai dari memberikan perhatian dan kehangatan, saling mengenal, memperhatikan protes mereka, bahkan mendukung pasangan Anda untuk mencari bantuan ahli dengan asumsi efek samping mengganggu kehidupan sehari-hari.
Salah satunya adalah mental conduct treatment (CBT) untuk mengubah penegasan negatif. Pada umumnya metodologi farmakologis mungkin diperlukan, misalnya, pengobatan substitusi kimia atau obat-obatan pemberi energi.