Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

7 dari 10 Rumah Tangga Indonesia Konsumsi Air Minum Tercemar Tinja

7 dari 10 Rumah Tangga Indonesia Konsumsi Air Minum Tercemar Tinja

fikrirasy.id – 7 dari 10 Rumah Tangga Indonesia Konsumsi Air Minum Tercemar Tinja. Air merupakan kebutuhan mendasar dalam keberadaan manusia. Selain kebutuhan keluarga, air putih juga diminum agar tubuh dapat bekerja dengan normal. Air minum yang baik tidak hanya terlihat bersih atau jernih, tetapi juga harus terbebas dari racun, seperti mikroorganisme.

Pemeriksaan yang terlambat menunjukkan bahwa 70% keluarga di Indonesia memoles air minum yang tercemar mikroba biasanya terlacak saat buang air besar. Berikut adalah klarifikasi.

1. Studi menunjukkan 70 persen rumah tangga Indonesia konsumsi air minum yang tercemar limbah tinja

Mengutip klarifikasi dari Dinas Kesejahteraan Rakyat (Kemenkes) Indonesia, keberadaan mata air dan air tanah semakin berkurang. Kemudian lagi, pemanfaatan air tanah juga harus dibatasi karena penurunan tanah. Masalah air adalah tentang jumlah dan juga tentang kualitas air.

Menilik dampak lanjutan dari Kajian Kualitas Air Minum Keluarga (SKAMRT) di Indonesia pada tahun 2020, diperkirakan 7 dari 10 keluarga Indonesia memoles air minum yang tercemar organisme mikroskopis E. coli. Peninjauan tersebut dipimpin oleh Middle for Innovative work of General Wellbeing Endeavours Innovative work Organization of the Service of Wellbeing.

Penurunan kualitas air dapat disebabkan oleh pencemaran yang salah satunya terkait dengan kurangnya akses terhadap desinfeksi dan sampah terbuka.

2. Sebanyak 21 persen populasi dunia tidak memiliki sanitasi dasar

Disinfeksi dan kebersihan sangat penting untuk kesehatan, daya tahan, dan peningkatan. Asosiasi Kesejahteraan Dunia (WHO) dan US Places for Infectious Prevention and Anticipation (CDC) memperkirakan bahwa sebanyak 1,7 miliar orang di seluruh dunia, atau sekitar 21% dari total populasi, tidak memiliki disinfeksi dasar, seperti jamban rahasia. . Dari jumlah tersebut, 494 juta orang buang air di tempat terbuka, misalnya di semak-semak atau sungai.

Disinfeksi esensial adalah masuk ke fasilitas pembuangan limbah dan kencing yang dilindungi dan diperlengkapi untuk menjaga keadaan bersih melalui pemilahan sampah dan pengolahan dan pembuangan air limbah. Sementara itu, sekitar 2,3 miliar orang secara keseluruhan atau sekitar 29% dari total populasi tidak mendekati kebersihan dasar, seperti tempat untuk membersihkan dengan air dan pembersih di rumah.

Baca Juga:  Mengenal Sifat Malu dan Dampaknya terhadap Kesehatan Mental

3. Tinja yang tidak dikelola dengan baik dapat mencemari lingkungan dan air

Terlepas dari kenyataan bahwa Indonesia telah memperoleh dukungan sehubungan dengan disinfeksi esensial, administrasi limbah yang dilindungi cukup rendah. Mengutip keterangan UNICEF, jumlah keluarga yang memiliki jamban dengan asosiasi septic tank tertutup atau septic tank tertutup dan dibersihkan secara konsisten kira-kira sekali dalam 5 tahun masih rendah, tepatnya di bawah 8%.

Hal ini mengakibatkan limbah tidak terkelola dengan baik sehingga mencemari iklim dan air di sekitarnya. Perhatian yang rendah terhadap pertaruhan kesehatan karena kurangnya administrasi septic tank dan limbah adalah salah satu pemicu utama dalam memperluas akses ke sterilisasi.

4. Air yang tercemar dan sanitasi yang buruk berkaitan dengan penularan penyakit

Air berbahaya dapat mengandung mikroorganisme, parasit, atau zat sintetis beracun. Mikroorganisme penyebab penyakit, parasit, dan senyawa sintetis dapat masuk melalui berbagai sumber, termasuk buang air besar, pestisida, dan bahan sintetis lainnya.

Air kotor dan sterilisasi yang tidak menguntungkan terkait dengan penularan beberapa infeksi, termasuk kolera, tifus, dan polio.

Buang air besar merupakan salah satu penyebab kematian pada anak balita. Faktor risiko utama lari pada usia ini termasuk meminum air yang berbahaya dan desinfeksi yang buruk. Mikroba yang menyebabkan buang air besar biasanya menyebar melalui makanan atau minuman yang tercemar kotoran.

5. Pentingnya mengelola air limbah dan memperbaiki sanitasi

Air limbah yang cukup eksekutif dan sistem saluran pembuangan memainkan peran penting dalam sterilisasi dan pencegahan penyakit. Hal ini karena air buangan dengan buang air besar dapat mencemari iklim dan sumber air minum sehingga berisiko menularkan mikroorganisme penyebab infeksi.

Ada banyak keuntungan dari sterilisasi yang berkembang lebih lanjut, selain mengurangi pertaruhan lari. Keunggulan tersebut antara lain:

  • Mengurangi penularan kontaminasi cacing.
  • Mengurangi keseriusan kelaparan.
  • Mengurangi penyebaran obstruksi antimikroba.

Sifat air minum dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengelolaan air limbah yang mencemari iklim termasuk air. Air kotor dan disinfeksi yang tidak menguntungkan terkait dengan penularan infeksi. Limbah limbah yang bagus, dewan dapat mencegah pencemaran limbah ke iklim umum.